Senin, 08 Juni 2015
Keistimewaan Istana Kepresidenan
Tampak Siring Bali
Sudah menjadi
tradisi di sekolah kita tercinta SMAN 1 MANYAR GRESIK setiap taun di kelas XI
akan selalu diadakan study wisata ke luar kota. Kali ini kami mengunjugi pulau
yang selalu menjadi destinasi wisata favorit di Indonesia, yaitu Pulau Dewata
Bali. Kenapa kok favorit? Karena Bali terkenal dengan pantainya yang
indah-indah dan tempatnya yang masih asri karena belum ada pabrik-pabrik yang
berkeliaran, nggak seperti di kota Gresik nih yang terdapat banyak pabrik, ya maklumlah kan namanya
juga kota industri. Namun sekolah mengajak kita kesana
bukan hanya untuk bersenang – senang dan liburan semata, kita juga punya tujuan
dan juga belajar tentang budaya dan keunikan lainnya dari Pulau Bali.
Salah satu tujuan
kami di Bali yaitu mengunjungi Istana Kepresidenan Tampak Siring, menurut kami
tempat itu sangat unik dan menarik untuk diteliti. Lalu kami sepakat untuk
mengulik apa aja sih yang istimewa dan yang membuat istana kepresidenan di Bali
ini beda dengan Istana-istana yang lainnya. Eeittsss............. Tapi bukan
istana berbie loh yaa hehe.
Okee yuk langsung aja ya, pada
tanggal 24 April 2015 kami berangkat menuju Pulau Bali. Lalu setelah tiba kami
melanjutkan perjalanan ke tujuan pertama kami, yaitu Istana Kepresidenan Tampak
Siring. Menurut informasi yang kami dapat melalui berbagai macam metode seperti
metode observasi, metode literatur, metode dokumentasi dan metode wawancara dengan
narasumber tour guide yang bernama Pak Wayan Partama bahwa sebenernya
presiden itu memiliki banyak istana
negara yang tersebar di berbagai daerah lho, misalnya aja kayak Istana Jogja,
Istana Cipanas, Istana Jakarta, Istana Bogor, dan yang terakhir adalah Istana
Tampak Siring yang berada di Bali.
Dari Sejarahnya, Istana Merdeka,
Istana Negara, Gedung Agung (Istana Yogyakarta), Istana Cipanas, dan Istana
Bogor dibangun pada masa Pemerintah Hindia
Belanda. Istana Kepresidenan Tampak siring berdiri atas prakarsa Presiden I Republik
Indonesia, Soekarno, sehingga dapat dikatakan Istana Kepresidenan Tampak siring
merupakan satu-satunya istana yang dibangun pada masa pemerintahan Indonesia. Istana
Tampak Siring terletak di Desa Tampak siring,
Kecamatan Tampak siring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Istana
tampak siring dibangun pada tahun 1957-1960, Nama Tampak siring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak (yang
bermakna ‘telapak’) dan siring (yang berarti ‘miring’). Menurut sebuah legenda
yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas telapak kaki
seorang Raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi
bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya sebagai dewa serta menyuruh
seluruh rakyatnya untuk menyembahnya. Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa
itu, Batara Indah marah dan mengirimkan balatentaranya untuk
menghancurkannya. Namun Mayadenawa
berlari memasuki sebuah hutan. Hal tersebut dilakukannya agar pengejarnya
kehilangan jejak. Ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan
begitu, ia berharap agar para pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang
ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu jejak Mayadenawa.
Usaha
mayadenawa gagal. Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya. Namun sebelum
itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata
air beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah
mereka meminum air dari mata air ciptaannya itu. Batara Indra pun menciptakan
mata air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut. Air penawar racun
tersebut diberi nama Tirta Empal (yang bermakna ‘air suci’). Kawasan yang
dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah
wilayah yang dikenal dengan sebutan Tampak siring.
Menurut
riwayatnya, disalah satu sudut kawasan Istana Tampaksiring menghadap kolam
Tirta Empul di kaki bukit, dahulu pernah terdapat bangunan peristirahatan milik
Kerajaan Gianyar. Di atas lahan itulah sekarang berdiri Wisma Merdeka, yaitu
bagian dari Istana Tampak siring
yang pertama kali dibangun.
Istana
Kepresidenan Tampak siring berdiri atas prakarsa Presiden
I Republik Indonesia, Soekarno, sehingga dapat dikatakan Istana Kepresidenan
Tampaksiring merupakan satu-satunya istana yang dibangun pada masa pemerintahan
Indonesia. Presiden Soekarno pun juga memiliki ikatan persaudaraan di Bali, itu juga salah satu sebab Istana
Kepresidenan didirikan di Bali. Istana Tampak siring ini
pun dulunya sering digunakan untuk tempat peristirahatan para tamu negara, hal
ini juga dikarenakan pada dahulu belum terdapat penginapan seperti Hotel.
Pembangunan
istana dimulai tahun 1957. Namun dalam rangka menyongsong kegiatan Konfrensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003. Istana Tampak siring menambahkan bangunan baru berikut fasilitas-fasilitasnya,
yaitu gedung untuk Konferensi dan untuk resepsi. Selain itu, istana juga
merenovasi bangunan Balai Wantilan sebagai gedung pagelaran kesenian.
Istana
Kepresidenan Tampak siring dibangun secara bertahap.
Arsiteknya ialah R.M Soedarsono. Bangunan yang
pertama kali adalah Wisma Merdeka juga Wisma Yudhistira, yakni pada
tahun 1957. Pembangunan berikutnya dilakukan pada tahun 1958, dan semua
bangunan selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan kegiatan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada
tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru untuk dipergunakan
Konferensi beserta fasilitas-fasilitas yang terdapat dan merenovasi Balai
Wantilan. Kini Tampak siring
juga memberikan rasa kenyaman kepada para pengunjungnya (dalam rangka
kepariwisatawan) dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan
mendirikan pintu masuk tersendiri
yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Koro Agung, serta Lapangan Parkir berikut
Balai Bengongnya.
Keistimewaan dari Istana Tampak siring
adalah merupakan satu-satunya istana
yang dibangun oleh bangsa Indonesia sendiri dan bangunannya menonjolkan ciri
keIndonesiannya yang sangat kental. Rancangan bangunan Istana Tampak
siring juga sangat fungsional, menonjolkan
kesederhanaan dan fungsinya sebagai wisma peristirahatan. Batu—batu alam dan
batu bara halus khas Bali sengaja ditonjolkan untuk menciptakan corak
kesederhanaan. Ukiran batu paras dan tiang-tiang kayu gaya Bali terasa padu
dalam konsep arsitekturnya, bukan sebagai elemen tambahan yang ditempelkan.
Konstruksi beton digunakan untuk
menerjemahkan rancang bangun yang menuntut bentangan-bentangan lebar. Semua
bahan kayu jadi serta bahan—bahan bangunan lainnya, kecuali pasir dan batu bata,
didatangkan dari pulau Jawa. Adapun elemen artistiknya, ukiran kayu dan batu,
dikerjakan oleh para seniman Bali. Paduan warna oren muda, versi lembut dari
warna natural batu bata, dan abu-abu yang dipilih juga merupakan elemen
kesamaan yang seakan tidak lekang oleh zaman.
Wisma Merdeka dan Wisma Negara merupakan
dua bangunan di kompleks Istana Tampak siring yang paling banyak menampilkan ciri
arsitektur Bali. Beberapa bagian kedua wisma itu memakai dinding teterawangan,
yaitu tembok dengan ukiran timbul dan berlubang khas Bali. Juga banyak dijumpai
elemen arsitektur dan ukiran kayu yang dicat dengan nuansa warna biru dan emas.
Sedangkan atapnya terbuat dari sirip dengan pasangan biasa seperti pada perumahan
kota. Wisma Merdeka memiliki pintu ukir khas Bali. Berdinding pigura berhiaskan
bunga kayu khas Bali sepanjang dinding, dengan dominasi warna kuning mas yang
megah. Sementara semua patung dan lukisan yang terpilih. Balai Wantilan atau
pendapa yang difungsikan sebagai tempat untuk pengelaran kesenian sepenuhnya
dibangun mengikuti arsitektur tradisional Bali. Bangunan ini beratap ilalang
dan tiang-tiangnya dari batang kelapa. Sesuai perkembangan zaman dan
pertimbangan keamanan, tiang-tiang dari batang ini lalu kemudian diganti dengan
tiang beton yang mirip dengan bentuk batang kelapa. Di bagian depan balai ini
tampak panggung pertunjukan seni yang berlatarkan pintu gapura candi Bentar. Di
kiri dan kanan depan panggung terdapat patung burung garuda dan di bagian
belakang ruangan berdiri patung kayu yang melukiskan raksasa Kumbakarna yang
dikerubuti kera. Semuanya dipahat dari satu pokok kayu. Pada dinding bagian
belakangnya dihiasi relief batu paras, yang menggambarkan kisah Ramayana.
Renovasi
interior yang dilakukan pada tahun 2003 telah meningkatkan kenyamanan Istana
Tampak siring sesuai dengan gaya hidup modern
tanpa meninggalkan konsep desain aslinya. Semua kamar mandi di Wisma Merdeka
dan Wisma Negara misalnya, mengalami perubahan agar sesuai dengan standar kamar
mandi hotel berbintang lima.
Di
dalam kondisi lingkungannya, istana ini juga memiliki keistimewaan yaitu yang
terletak di atas gunung sehingga pemandangannya yang sangat indah dan juga
udara yang sangat sejuk. Jauh dari lingkungan perkotaan sehingga membuat
suasana menjadi sangat nyaman dan tenang. Hal ini lah yang membuat Soekarno
menjadi sangat nyaman ketika sedang memikirkan masalah mengenai presiden.
Tanaman-tanamannya juga sangat terawat, sehingga dapat mendukung pemandangan
alam di sekitarnya. Kebersihan Istana Kepresidenan ini sangat terjaga pula.
Dengan bantuan sekitar 40 orang pekerja untuk menjaga kebersihan Istana
Tampaksiring ini.
Perbedaan dengan
Istana Kepresidenan yang lain
Pembeda yang sangat menonjol yaitu
adalah pembuatnya. Hal ini dikarenakan
Istana Tampak siring dibuat oleh bangsa indonesia
sendiri, sedangkan istana yang lain dibuatkan oleh para penjajah Indonesia. Dan
dari bangunannya pun sangat berbeda karena Istana Tampak siring menonjolkan ciri keIndonesiannya yang sangat kental. Tidak
terdapat pilar-pilar besar yang menampilkan kesan agung dan kemewahan seperti
Istana Kepresidenan Jakarta atau Istana Bogor. Bangunan-bangunan istana ini
lebih terlihat pendek dan juga kecil. Dan salah satu ciri arsitektur dari
bangunan-bangunan Istana karya R.M. Soedarsono ini adalah pengunaan pipa-pipa
sebagai susuran di beberapa teras. Sekilas tampak seperti susuran kapal, namun
sebetulnya pipa-pipa ini juga berfungsi sebagai saluran air. Pembangunan Istana
Tampak siring ini juga mempertimbangkan
kondisi sosial lingkungan sekitar. Sebelum bangunan didirikan, dibuatlah sebuah
pusat kesehatan masyarakat dan pos polisi di Desa Manukaya. Unit pembangkit
listrik yang dibangun khusus untuk istana pun ikut dinikmati oleh warga di
sekitar. Di istana ini terdapat pula landasan helikopter.
Langganan:
Postingan (Atom)